Aku Tidak Tahu

Teruntuk putri bangsawan yang digadang-gadang elok dan suci.

Matamu memang berbinar layaknya sebuah cermin ditengah-tengah telaga yang dihujani sinar rembulan.

Harapanku masih sama walupun hari selalu berganti pada gilirannya, yaitu menunggu pantulan cahaya darimu. Setiap berkunjung aku selalu membawa beberapa potong kayu serta alat bangunan guna untuk membangun gubuk sederhana walupun satu hari satu kayu terpasang. 

Kau tahu apa guna gubuk tersebut puan putri?
yah, untuk menunggu cahayamu jika kelak bagian suci dalam diriku tak sanggup lagi menahan hayal.

"Han, yuk kapan-kapan kita mengunjungi tempat tertinggi di negeri ini!" dalam benakku.

Apalah daya kalimat tersebut hanya berlabuh di ujung lengkungan lancip hati. 

"Pepet turus aja bro" itu yang dikatakan karibku.

Secara teori dan ttelah dipraktekan beberapa orang hal tersebut memang manjur tapi apalah daya jika cerminnya berada di tengah-tengah telaga. Semua sepakat dan pasti akan berpendapat bahwa jika untuk menyeberang  lewat jalur air maka kita harus menggunkan perahu. 

Aku sangat berbeda, faktanya sepotong perahupun aku tak punya dan jikapun punya toh aku juga tidak bisa mengendarainyaa. 

Maaf puan selama ini saya selalu mencari alasan untuk menakuti diri sendiri.

Mengapa tidak berenang saja untuk memutar arah cermin tersebut dan sekaligus mengenali isi yang tekandung dalam telaga?

Takut. Itulah jawaban ku.

Cerita di atas hanya kisah fiktif belaka. 

Pada Kenyataanya,

Aku tidak tahu bahwa hanya keindahan pantulan sinar rembulan dan ketakutanku yang hanya menjadi kenyataan. Di dunia asli yang kulihat dengan mata yang berada di kepala mempertontonkan kisah yang berlawanan dengan kisah yang ku tulis.

Aku tidak tahu di mana tempat untuk melabuhkan surat di tempat baru mu.

Aku tidak tahu bahwa Eros telah menuntun dalam mengarahkan sinar mu.

Aku tidak tahu bahwa engkau merasa keberatan atas apa yang aku ceritakan tentang sinar mu.

Aku tidak tahu bahwa pada kenyataannya engkau memantulkan sinar indahmu ke arah lain.

Semoga sinar mu berlabuh ke tempat yang gelap gulita.

Yang terparah aku tidak tahu bahwa engkau merasa risih selama aku mengunjungi telaga.







Komentar

Postingan Populer